LESSON STUDY
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan
Pembelajaran
Yang dibimbing oleh
Dr. H. Agung Winarno, M.M
Oleh
Nita Lily Mardiyansah
130411604493
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA
MEI 2014
LESSON STUDY
A.
Pengertian Metode Lesson Study
Lesson
Study (LS) pada awalnya
dimulai dengan pengkajian materi kurikulum (kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran matematika bagi
guru-guru di Jepang.Kajian tersebut mendasarkan diri pada kurikulum matematika
di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan penelitian unggul. Kajian tersebut
melahirkan suatu perubahan paradigma tentang materi kurikulum dari ”memanjakan”
menuju pada ”pemberdayaan” potensi siswa. Paradigma ”memanjakan” mengalami
anomali, karena materi kurikulum sering tidak memperhatikan karakteristik
siswa, sehingga substansi materi sering lepas konteks dan tidak relevan dengan
kebutuhan siswa. Akibatnya, siswa kurang tertarik, pembelajaran menjadi tidak
bermakna, dan siswa sering menyembunyikan ketidakmampuan.
Hal
ini terjadi sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap
potensi mereka. Sementara, paradigma ”pemberdayaan” bertolak dari potensi siswa
yang mampu ”mengada”, sehingga materi kurikulum seyogyanya dikembangkan
berbasis kebutuhan siswa, materi seyogyanya menyediakan model pedagogik yang
mampu menampilkan aspek kemenarikan pembelajaran. Paradigma tersebut dapat
berkembang jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, diskusi, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Cara
seperti ini melahirkan konsep Lesson
Study (LS).
Lesson
Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction =
pengajaran, atau lesson =
pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa
Jepangnya jugyou kenkyuu,
adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di
Jepang.Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui
proses-proses kolaborasi antar para guru.Lewis (2002) mendeskripsikan
proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru
untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons).Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah suatu proses yang
kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam
pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang
diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit.
Lesson
Study ( LS ) pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang
memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. LS dapat berfungsi sebagai
salah satu upaya pelaksanaan program in-service
training bagi para guru. Lesson
study bukan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran, melainkan
dalam lesson study dapat dipilih dan diterapkan berbagai metode/strategi
pembelajaran atau materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau
masalah pembelajaran yang dihadapi siswa dan pendidik
Upaya
tersebut dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan.Pelaksanaanya adalah di
dalam kelas dengan tujuan memahami siswa secara lebih baik. LS dilaksanakan
secara bersama-sama dengan guru lain. LS merupakan salah satu strategi
pengembangan profesi guru.Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara
bersama-sama, salah seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru
lainnya mengamati belajar siswa. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya jawab
tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran
berikutnya berdasarkan hasil diskusi.
B. Tujuan Diterapkannya Metode Lesson Study
1. Lesson Study
memungkinkan Guru Memikirkan Dengan Cermat Mengenai Tujuan Pembelajaran, Materi
Pokok, dan Bidang Studi.
Lesson Study tidak hanya memperhatikan pembelajaran untuk
satu kali pertemuan atau satu pokok bahasan saja, melainkan bagaimana
membelajarkan satu unit materi pokok dan bahkan bidang studi, dan juga
memperhatikan perkembangan siswa dalam jangka panjang. Karena itu, ketika
memilih bidang kajian akademis dan topik LS, guru sering menargetkan dalam
mengatasi kelemahan siswa dalam belajar, memilih topic yang bagi guru sulit
mengajarkannya, memilih subjek terkini, misalnya aspek kebaharuan segi isi,
teknologi, dan pendekatan pembelajaran, memusatkan perhatian pada hal
terpenting yang mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran lainnya
(misalnya bahasa dan matematika).
2. Lesson Study
Memungkinkan Guru Mengkaji dan Mengembangkan Pembelajaran yang Terbaik yang
Dapat Dikembangkan
Melalui LS, guru dapat mengkaji dan mengemangkan
pembelajaran yang terbaik, misalnya guru mampu menghasilkan produk buku.
Buku-buku tersebut memuat tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, filosofi
pembelajaran yang dianut, rancangan pembelajaran dan rancangan seluruh unit,
contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai kekuatan dan kesulitan dalam
pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru lain yang ingin mencoba
pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, guru yang lain tidak hanya diharapkan
mencoba membelajarkan, tetapi yang lebih penting mereka sedapat mungkin
menambah, menguji, dan melaporkan perbaikan yang mereka lakukan. Proses
tersebut akan bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Lesson Study
memungkinkan Guru Memperdalam Pengetahuan Mengenai Materi Pokok Yang Diajarkan
Lesson Study juga memperdalam pengetahuan guru mengenai
materi pokok yang diajarkan. Dengan melaksanakan LS, guru dapat
mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi apa yang mereka perlukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran yang menjadi fokus kajian dalam LS. Melalui LS
guru secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan pengetahuan yang
dianggap penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai hal itu, dan
berusaha mencari informasi yang mereka perlukan untuk membelajarkan siswa.
4. Lesson Study
Memungkinkan Guru Memikirkan Secara Mendalam Tujuan Jangka Panjang Yang Akan
Dicapai Yang Berkaitan dengan Siswa
Lesson Study dapat memberi kesempatan kepada guru untuk
mempertimbangkan kualitas ideal yang ingin dikuasai oleh siswa pada saat mereka
lulus, kualitas apa yang dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi
kesenjangan yang ada di antaranya. Guru sering menerjemahkan kualitas ideal
yang diharapkan dimiliki oleh para siswa itu adalah dalam bentuk kecakapan
hidup. Kecakapan-kecakapan hidup yang dimaksud, misalnya sikap menghargai
persahabatan, mengembangkan perspektif, dan cara berpikir dalam menikmati
sains.
5. Lesson Study
Memungkinkan Guru Merancang Pembelajaran Secara Kolaboratif
LS memberi kesempatan kepada guru secara kolaboratif
merancang pembelajaran. Menurut Lewis (2002), rata-rata guru di Jepang
mengamati sekitar 10 pembelajaran yang diteliti setiap tahun. Guru di Jepang
mempersepsi bahwa aktivitas kolaboratif sangat menguntungkan. Aktivitas
kolaboratif dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk memikirkan
pembelajarannya sendiri setelah mempertimbangkannya dengan pengalaman yang dilakukan
oleh guru yang lain. Melalui LS guru dapat saling membelajarkan melalui
aktivitas-aktivitas shared knowledge.
6. Lesson Study
Memungkinkan Guru Mengkaji Secara Cermat Cara dan Proses Belajar Serta Tingkah
Laku Siswa
LS memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara
cermat cara dan proses belajar serta aktivitas siswa. Fokus LS hendaknya
diarahkan pada peningkatan pembelajaran melalui pengamatan terhadap aktivitas
belajar siswa.Pengamatan tersebut bertujuan untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan
kegiatan belajar dan kegiatan berpikir siswa, bukan pada kegiatan guru.Oleh
sebab itu, aktivitas Lesson Study sesungguhnya bukan menyalahkan guru atau
mengkritik kesalahan guru.Di dalam LS, guru perlu mencari bukti bahwa siswa
memang belajar, termotivasi, dan berkembang.Berdasarkan data yang dikumpulkan,
guru dapat melihat pembelajarannya melalui tanggapan siswa. Untuk memperoleh
respon siswa tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan, adalah: bagaimana
pemahaman siswa mengenai materi pembelajarannya? Apakah siswa tertarik untuk
belajar?Apakah mereka memperhatikan ide siswa lainnya? Secara singkat, ada 5
hal penting terkait dengan data siswa yang perlu dikumpulkan, yaitu hasil
belajar akademis, motivasi dan persepsi, tingkah laku sosial, sikap terhadap
belajar, dan interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
7. Lesson Study
Memungkinkan Guru Mengembangkan Pengetahuan Pedagogis Yang Kuat Penuh Daya
Lesson Study dapat memberi peluang kepada guru untuk
mengembangkan pengetahuan pedagogis secara optimal. Hal ini disebabkan karena
melalui LS guru secara terus menerus berupaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menerjemahkan
kurikulum. Guru dapat secara terus menerus memikirkan bagaimana kualitas pertanyaan
yang mampu dipecahkan oleh siswa dalam pembelajaran. Pertanyaan tersebut
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempertahankan minat belajarnya secara
konsisten. Guru juga memikirkan bagaimana menggunakan debat agar mampu
memaksimalkan partisipasi siswa dalam diskusi dan bagaimana mendorong siswa
untuk dapat membuat catatan yang baik dan melakukan refleksi diri.
LS
Memungkinkan Guru Melihat Hasil Pembelajaran Sendiri Melalui Respon Siswa dan
Tanggapan Para Kolega LS memberi kesempatan kepada guru melihat hasil
pembelajarannya sendiri melalui respon siswa dan tangapan para kolega.Data yang
diberikan oleh kolega menjadi “cermin” bagi guru yang melaksanakan LS.Kolega
dapat membantu guru mencatat kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, menghitung
jumlah siswa yang angkat tangan, atau mencatat pertanyaan dan jawaban guru.
Guru pelaksana LS dapat pula memita kepada kolega untuk mencatat interaksi
siswa, misalnya difokuskan pada interaksi 3 orang siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah, dan menilai karya mereka. Dengan cara ini, guru
dapat melihat bagaimana siswa mengalami pembelajaran yang efektif.
C. Manfaat Metode Lesson Study
Lesson
study memberikan banyak hal
yang menurut para peneliti dianggap efektif dalam mengubah praktik mengajar
guru seperti :
a.
Penggunaan
materi pembelajaran yang konkrit untuk memfokuskan pada permasalahan agar lebih
bermakna, mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman guru yang eksplisit,
b.
Memberikan
dukungan pada guru dalam hubungan sejawat. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak
kesempatan kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam
praktik mengajar mereka, untuk mengubah perspektif mereka tentang pembelajaran,
dan untuk belajar mengamati praktik mengajar mereka dari perspektif siswa.
c.
Dalam lesson study, kita melihat apa yang
terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita memahami
ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan isu-isu lain dalam kelas kita”
(Murata & Takahashi, 2002). Menurut Lewis (Akihito Takashi, 2006), lesson study mempromosikan dan
mengelola kerja kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan intervensi
sistematik. Selama lesson study,
para guru berkolaborasi untuk :
1.
merumuskan
tujuan-tujuan jangka panjang untuk pengembangan dan belajar siswa
2.
merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada penelitiandan observasi untuk
mengaplikasikan tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktek-praktek kelas
untuk isi-isi akademik khusus
3.
mengobservasi
secara hati-hati tingkat belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku
mereka selama pembelajaran
4.
melaksanakan
diskusi setelah pembelajaran bersama kelompok kolaboratif mereka untuk mendiskusikan
dan merevisi pembelajaran yang sesuai.
d.
Melalui
Lesson Study guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
e.
Melalui
Lesson Study guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
f.
Guru
dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
D. Implementasi lesson study dalam pembelajaran
Oleh
karena Lesson Study dapat meningkatkan profesionalisme guru, maka pelaksanaan
LS secara berkesinambungan diyakini dapat meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran sehari-hari. Peningkatan praktik-praktik pembelajaran akan
bermuara pada peningkatan kualitas proses dan produk belajar siswa.
Secara
umum terdapat tiga langkah kegiatan lesson
study, yaitu (1) tahapperencanaan, (2) tahap pelaksanaan (Plan), dan (3)
tahap refleksi (See).
Berikut
diuraikan langkah-langkah Metode Pembelajaran Lesson study.
1.
Tahap Perencanaan
Langkah
pertama untuk memulai lesson study adalah pembentukan kelompok atau timlesson study. Kelompok ini dapat
dibentuk di tingkat sekolah, di tingkat wilayah, atau tingkat yang lebih luas
sesuai dengan keperluan dan kemungkinanketerlaksanaannya.Heterogenitas anggota
kelompok perlu dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok lesson study.
Keaggotaan
yang beragam dari segi usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar
akan lebih memperkaya tim dan memungkinkan anggota kelompok saling memperoleh
keuntungan karena terjadinya proses saling belajar antaranggota kelompok.
Anggota kelompok lesson study tersebut
di antaranya 5 – 6 guru, kepala sekolah, dan pakar perguruan tinggi.
Pembentukan kelompok lesson study dapat
juga diprakarsai oleh kepala sekolah, dinas pendidikan, atau pakar dari
perguruan tinggi yang memandang perlunya peningkatan kualitas pembelajaran
melalui lesson study.
Pembentukan
kelompok lesson study dapat diprakarsai oleh salah seorang guru yang mempunyai
masalah terkait pembelajaran yang telah dilakukan.Pembentukan kelompok lesson study dimaksudkan sebagai
upaya untuk memperbaiki pembelajaran tersebut.Masalahmasalah tersebut perlu
diidentifikasi dengan jelas untuk memudahkan pemecahannya.Masalah-masalah
tersebut di antaranya terkait dengan aktivitas siswa, hasil belajar siswa,
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan sebagainya.Masalah-masalah
yang terdaftar tersebut kemudian diseleksi dan diurutkan berdasarkan skala
prioritas dalam mengatasinya, kemudian secara bersama-sama dicarikan solusi
untuk mengatasi masalah tersebut.
Seorang
guru yang mempunyai metode, strategi, atau media pembelajaran baru yang
dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dapat juga memprakarsai
terbentuknya kelompok lesson study.Pembentukan
kelompok dimaksudkan untuk mendukung implementasi ide guru tersebut,
menyempurnakannya, selain dimaksudkan untuk menyebarluaskan. Setelah kelompok
terbentuk, selanjutnya perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran yang akan
digunakan. Perangkat pembelajaran dimaksud di antaranya adalah silabus, rencana
pembelajaran, lembar kegiatan siswa (LKS), buku siswa, dan buku guru.Perlu juga
disiapkan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data untuk
kepentingan penelitian atau sebagai dasar untuk melakukan refleksi.Instrumen
penelitian tersebut di antaranya adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran,
angket tanggapan siswa, dan tes hasil belajar jika dianggap perlu.
Perangkat
pembelajaran dan instrument penelitian tersebut disusun bersama-sama oleh
anggota kelompok.Pembagian tugas perlu dilakukan demi efisiensi.Perangkat
pendukung lainnya yang perlu disiapkan, jika memungkinkan, adalah kamera video
yang digunakan untuk mendokumentasikan pelaksanaan
pembelajaran.Pendokumentasian lebih dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan
refleksi, selain dapat juga untuk menyebarluaskan hasil lesson study.
Rencana
pembelajaran perlu disusun secermat dan sejelas mungkin agar mempermudah guru
model yang akan mengimplementasikannya. Dalam hal ini rencana pembelajaran (RP)
diartikan sebagai rencana kegiatan guru yang berisi skenario pembelajaran tahap
demi tahap mengenai hal-hal yang akan dilakukakan guru bersama siswa terkait
topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari demi mencapai kompetensi standar
yang telah ditentukan. Rencana pembelajaran tidak diartikan sebagai laporan
yang harus disusun dan dilaporkan kepada kepala sekolah atau pihak lain,
melainkan sebagai rencana “individual” guru yang memuat langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Karena lebih bersifat individual,
maka tidak ada format rencana pembelajaran yang baku. Rencana pembelajaran
dapat difungsikan sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus
dipersiapkan, mengenai media apa yang akan digunakan, strategi pembelajaran
yang dipilih, system penilaian yang akan ditentukan, dan hal-hal teknis
lainnya. Setelah semua perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, dan
perangkat pendukung lainnya disiapkan, selanjutnya memilih salah satu guru yang
akan dijadikan guru model, yang akan mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang telah disusun. Selain itu, perlu juga dipilih kelas yang akan dijadikan
tempat mengimplementasikan. Perlu dicatat bahwa kelas yang dipilih tidak harus
sama dengan\ kelas yang biasanya diajar oleh guru model.
2.
Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan
rencana pembelajaran yang telah disusun guru, model melaksanakan
pembelajaran di kelas yang telah ditentukan, sementara anggota lain bertindak
sebagai observer, yang mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan
instrumen penelitian yang telah dikembangkan. Dengan demikian, bersamaan dengan
dilaksanakannya proses pembelajaran, dilakukan pengambilan data yang diperlukan
unutk kepentingan refleksi. Hal –hal yang perlu mendapat focus perhatian ketika
mengobservasi, menurut Djamilah (2006), di antaranya adalah ketepatan prediksi
waktu, pengelolaan kelas, keterlaksanaan silabus, aktivitas siswa, dan
ketercapaian tujuan untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran.
Dimungkinkan,
guru mengubah strategi pembelajaran sesuai tuntutan keadaan. Reaksi atau
respon siswa yang tak terduga, seperti diskusi yang tidak bisa berjalan dengan
baik, tidak satupun soal yang disiapkan dapat dikerjakan siswa, atau tidak ada
siswa yang bersedia menjelaskan jawabannya di depan kelas perlu diantisipasi
dengan cepat oleh guru model. Perlu dicatat bahwa selain guru model, tidak
diperbolehkan mengintervensi proses pembelajaran. Di kelas, hanya terdapat satu
komando, yaitu guru model.
3.
Kegiatan Refleksi
Segera
setelah selesai pembelajaran, dilakukan postclass
discussion atau kegiatan refleksi. Refleksi diikuti oleh semua anggota
kelompok yang mengkaji hasil pengamatan setiap guru dan hasil rekaman proses
pembelajaran. Kegiatan Menurut Djamilah (2006), dengan pemahaman bahwa lesson study adalah forum untuk
saling belajar dalam upaya mengembangkan kompetensi masing-masing anggota tim,
maka semangat dalam tahap refleksi ini adalah secara bersama-sama menemukan
solusi untuk masalah yang muncul agar pembelajaran berikutnya dapat
dipersiapkan dan dilaksanakan dengan lebih baik.
Dengan
demikian, perlu dipahami bahwa kegiatan refleksi bukan dimaksudkan untuk
menilai kemampuan mengajar guru model.Meskipun semangat yang terkandung di
dalam lesson study adalah
saling belajar, namun mengingat budaya kita yang belum terbiasa dan tidak mudah
untuk menerima kritik secara langsung, maka disarankan fokus evaluasi adalah
pada bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh
karena itu, guru lain sebagai observer/pengamat diharuskan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat setiap respon siswa dengan rinci dan teliti.
Diharapkan,
guru model dapat menarik kesimpulan atas pembelajaran yang ia laksanakan,
berdasarkan hasil evaluasi terhadap respon siswa dari hasil pengamatan guru
lain dan dari hasil rekaman video. Dengan memperhatikan bagaimana siswa belajar,
diharapkan guru yang bersangkutan menemukan kekurangan dan kelebihannya dalam
mengajar.
E. Kelebihan Metode Lesson Study
Kelebihan
dari metode ini adalah, :
a. Peran guru yang dapat
berubah-ubah: siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu
dan menjadi guru pengamat di lain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa
saling mengerti serta mendukung di antara guru dan secara efektif meningkatkan
mutu proses belajar-mengajar.
b. Metode ini dapat diterapkan
di setiap bidang, mulai dari seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga pada
setiap tingkat kelas.
c. Dapat dilaksanakan
antar / lintas kelas
F. Bagaimana Mengatasi Kendala
Implementasi Lesson Study
Berbagai
kendala yang mungkin dihadapi ketika mengimplementasikan lessonstudy di antaranya adalah
1.
Adanya
persepsi yang keliru tentang lesson
study,
2.
Penyusunan
jadwal,
3.
Pendanaan,
4.
Setting
kelas,
5.
Pendokumentasian.
Untukmenghindari
adanya kesalahan persepsi tentang lesson
study, pada tahap perencanaanperlu diadakan penyamaan persepsi
antaranggota kelompok bahwa lesson
study lebihdimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
bukan untuk menilaiguru.
Menyusun
jadwal, baik untuk pertemuan koordinasi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan lesson study itu sendiri, maupun
untuk melaksanakan refleksi dan menyusun temuan, yang melibatkan 4 – 6 guru,
tidaklah mudah.Itulah sebabnya pelibatan kepala sekolah sejak awal perencanaan lesson study sangat penting, tidak
hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam pengaturan jadwal, tetapi juga
diharapkan kepala sekolah memberikan dukungannya dalam bentuk pendanaan untuk
pelaksanaan setiap kegiatan dalam lesson
study. Kesepakatan tentang jadwal, pendanaan, dan “aturan main” dari
awal akan menghindari masalah yang tidak diinginkan.
G.
Tahapan-Tahapan Lesoon Study
Berkenaan
dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa
pendapat.Menurut Wikipedia
(2007) bahwa Lesson Study
dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara
itu, Slamet Mulyana (2007)
mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson
Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan);
(2) Pelaksanaan (Do) dan (3)
Refleksi (See).
Sedangkan
Bill Cerbin dan Bryan KoppdariUniversity of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
- Form a Team : membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
- Develop
Student Learning
Goals : anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study. - Plan the Research Lesson : guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
- Gather Evidence of Student Learning : salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
- Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
- Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
- Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1.
Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam
tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang
mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan
kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa,
mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga
dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk
memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis
kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang
didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai
dengan tahap akhir pembelajaran.
2.
Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada
tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas
permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2)
kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau
komunitas Lesson Study yang
lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan
lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
- Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
- Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
- Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
- Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
- Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
- Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
- Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3.
Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan
ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta
berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum
maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya
mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang
telah disusun.
Selanjutnya,
semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan
terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya,
pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, tidak berdasarkan
opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat
dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau
peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun
memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4.
Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari
hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran,
baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.
Pada
tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada
saat diskusi dalam tahapan refleksi (check)
tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar
maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada
tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai
peserta Lesson Study, tentunya
kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan
pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau
selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan,
dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang
sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga
diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan
dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar