PEMBELAJARAN
DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan
Pembelajaran
Yang dibimbing oleh Dr. H. Agung Winarno, M.M
Oleh
Nita Lily Mardiyansah
130411604493
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA
APRIL
2014
PEMBELAJARAN
DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dari dan
bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam
kurikulum. Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru merupakan
bagian utama dari pendidikan formal yang syarat mutlaknya adalah adanya
kurikulum sebagai pedoman. Proses pembalajaran akan selalu berpedoman pada
kurikulum.Guru dapat dikatakan sebagai pemegang peranan penting dalam
mengimplementasian kurikulum, baik dalam rancangan maupun dalam tindakannya.
A. Kurikulum dan Landasan
Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kata “kurikulum” berasal dari kata bahasa Latin yang
berarti “jalur pacu”, dan secara tradisional, kurikulum sekolah disajikan
seperti itu (ibarat jalan) bagi kebanyakan orang (Zais, 1976:6). Lebih lanjut
Zais (1976) mengemukakan berbagai pengertian kurikulum yakni: (1) kurikulum
sebagai program belajar, (ii) kurikulum sebagai isi pelajaran, (iii)
kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan, (iv) kurikulum sebagai
pengalaman dibawah tanggung jawab sekolah,(v) kurikulum sebagai pengalaman
belajar terbimbing, (vi) kurikulum sebagai kehidupan terbimbing, (vii)
kurikulum sebagi suatu rencana pembelajaran, (viii) kurikulum sebagai sistem
produksi secara teknologis, dan (ix) kurikulum sebagai tujuan. Konsep-konsep
kurikulum yang terdiri dari: (i) kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, (ii)
kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, (iii) kurikulum sebagai rencana
kegiatan pembelajaran, (iv) kurikulum sebagai hasil belajar, dan (v) kurikulum
sebagai pengalaman belajar.
a. Kurikulum sebagai jalan meraih
ijazah.
Seseorang yang telah menyelesaikan satu jenjang pendidikan
dalam kenyataannya telah melalui suatu jalur pacuan yang terdri atas berbagai
mata pelajaran.
b. Kurikulum sebagai mata dan isi
pelajaran.
Jalan meraih ijazah mengisyaratkan adanya sejumlah mata
pelajaran dan isi pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa.
c. Kurikulum sebagai rencana
kegiatan pembelajaran.
Kurikulum didefinisikan sebagai satu rencana yang
dikembangkan untuk mendukung proses mengajar/belajar didalam arahan dan
bimbingan sekolah, akademi atau unversitas dan para anggotanya stafnya. Alexander
dan Saylor (1974 dalam Bondi dan Wiles, 1989:7) mengungkapkan pula bahwa
kurikulum sebagai satu rencana untuk menyediakan seperagkat kesempatan belajar
agar mencapai tujuan belajar
d. Kurikulum sebagai hasil
belajar.
Semua rencana hasil belajar (learning outcomes) yang merupakan tanggung jawab sekolah adalah
kurkulum.Tanner dan Tanner (1980:43) memandang kurikulum sebagai rekontruksi
pengetahuan dan pengalaman, yang secara sistematis dikembangkan dengan bantuan
sekolah atau (universitas), agar memungkinkan siswa menambah penguasaan
pengetahuan dan pengalamannya.Dengan demikian, belajar yang diharapkan.
e. Kurikulum sebagai pengalaman
belajar.
Kurikulum yang diuraikan sebelumnya, dapalah kita menandai
bahwa setiap orang yang terlibat dalam pengimplementasian kurikulum tersebut
akan memperoleh pengalaman belajar
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis
sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan
sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat (Depdikbud, 1986:1)
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan
kurikulum akan berjalan. Bond dan Wiles (1989:87) mengemukakan bahwa
pengembangan kurikulum yang terbaik adalah proses yang meliputi banyak hal
yakni: (1) kemudahan-kemudahan suatu analisis tujuan, (2) rancangan suatu program,
(3) penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan dan (4) peralatan dalam
evaluasi proses ini. secara singkat, pengembangan kurikulum adalah suatu
perbuatan kompleks yang mencakup berbagai jenis keputusan (Taba,
1962:6)Pengembangan kurikuum mengacu pada tiga unsur, yaitu: (1) nilai dasar
yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya; (2) fakta
emperik yang tercermin dari pelaksanaan kurikulum, baik berdasarkan penilaian
kurikulum, studi, maupun survei lainnya; dan (3) landasan teori yang menjadi
arahan pengembangan dan kerangka penyorotnya (Depdikbud, 1986:1)
a. Landasan Filosofis. Filsafat boleh juga didefinisikan sebagai sebuah studi
tentang: hakikat realitas, hakikat ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai,
hakikat nilai kebaikan, hakikat keindahan, dan hakikat pikiran (Winecoff, 1988
: 13). Landasan filosofis pengembangan kurikulum di Indonesia secara cepat dan
tepat kita dipastikan, yakni nilai dasar yang merupakan falsafah dalam
pendidikan manusia seutuhnya yakni Pancasila.
b. Landasan Sosial-Budaya-Agama.Nilai-nilai keagamaan berhubungan erat erat dengan
kepercayaan masyarakat terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang mereka anut.
Nilai sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya budi manusia,
sehingga dalam menerima , menyebarluaskan, melestarikan, dan atau melepaskannya
manusia menggunakan akalnya. Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan,
perlestarian, atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama,
maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni.Nana Sy. Sukmadinata
(1988:82) mengemukakan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat. Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya agama,
perubahan iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pola kebutuhan masyarakat.
Sehingga salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah kebutuhan masyarakat
yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan.
e. Landasan
Perkembangan Masyarakat.Salah sau ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang.Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangan sangat lambat, tetapi
masyarakat lainnya cepat bahkan sangat cepat (Nana Sy. Sukmadinata, 1988 : 66).
Proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan
rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa perkembangan
masyarakat itu sendiri.
B. Komponen dan Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum
1. Komponen Kurikulum
Herrick (1950 dalam Taba, 1962 : 425) mengemukakan 4 elemen
yakni: tujuan (objectives),
mata pelajaran (subject matter),
metode dan organisasi (method and organization),
dan evaluasi (evaluations).
a. Tujuan. Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum merupakan
kekuatan-kekuatan fundamental yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang
diinginkan tidak hanya sangat mempengaruhi bentuk kurkulum, tetapi memberikan
arah dan fokus untuk seluruh program pendidikan (Zais, 1976 : 297).
b. Materi/pengalaman belajar. Kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan menyususn
isi (komponen kedua dari kurikulum) supaya keinginan tujuan kurikulum dapat
dicapa dengan cara paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang
diinginkan pada jalurnya dapat disajkan secara efektif (Zais, 1976 : 322)
c. Organisasi.Jika kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka
isi dan pengalaman belajar membutuhkan pengorganisasian sedemkian rupa sehingga
berguna bagi tujuan-tujuan pendidikan (Taba, 1962:290).
d. Evaluasi.Evaluasi ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar
siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran.
2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dari berbagai prinsip pengembangan kurikulum tersebut, tiga
diantaranya yakni prinsip relevansi, prinsip kontinuitas, dan prinsip
fleksibilitas akan diuraikan berikut ini.
a. Prinsip relevansi.Relevansi berarti sesuai antara komponen tujuan,
isi/pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan
kebutuhan masyarakat baik dalam pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat
yang diidealkan.
b. Prinsip kontinuitas.Isi/pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi
dikembangkan secara berkesinambungan.
c. Prinsp fleksibiltas. Kurikulum harus mampu disesuaikan denagn situas dan kondisi
setempat dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang
harus dicapai (Depdikbud, 1982 : 27)
C. Model-Model Pengembangan
Kurikulum
Berikut
ini akan diuraikan tentang beberapa model pengembangan kurikulum.
1. Model Administratif (Line-Staff)
Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja
atasan-bawahan (top-down) yang
dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan, termasuk perubahan kurikulum.
Model pengembangan kurikulum administratif, kita dapat
menandai adanya dua kegiatan di dalamnya: (a) menyiapakan seperangkat dokumen
kurikulum baru, dan (b) menyiapkan instalasi atau implementasi dokumen.
2. Model Grass-Roots
Model ini dikenal juga dengan nama rakyat biasa (grass-roots) semua inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum dari bawah. Model gross-root adalah model bottom-up
(dari bawah ke atas).Model kurikulum gross-root
cendrung berlaku dalam sistem pendidikan yang kurikulumnya bersifat
desentralisasi atau memberikan peluang terjadinya desentralisasi sebagian.
Model pengembangan kurikulum grass-root
dapat mengupayakan pengembangan sebagian komponen-komponen kurikulum dapat
sebagian dari keseluruhan komponen, dapat pula dari seluruh komponen
kurikulum.
3. Model Beuchamp
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam
bentuk-bentuk kegiatan berikut:
1.
Merumuskan
tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum diatasnya dan
karakteristik pebelajar, mata pelajaran/bidang studi, dan karakteristik situasi
kondisi sekolah/kelas.
2.
Merencanakan
kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu pebelajar mencapai
tujuan yang ditetapkan.
3.
Menerapkan rencana/program pembelajaran yang
dirumuskan dalam situasi pembelajaran yang nyata.
4.
Mengevalusi
hasil dan proses belajar pada pebelajar.
5.
Mengevaluasi
interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang dimplementasikan.
4. Model Arah Terbalik Taba (Taba’s Inverted Model)
Menurut model Taba, pengembangan kurikulum dilaksanakan
dalam lima langkah:
1.
Membuat
unit-unit percobaan (producing pilot
units).
2.
Menguji
unit-unit eksperimen (testing
experimental units).
3.
Merevisi
dan mengkonsolidasi.
4.
Mengembangkan
jaringan kerja.
5.
Memasang
dan mendeseminasi unit-unit baru.
5. Model Rogers
Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang
disebut dengan Model Relasi Interpersonal Roger (Rogers Interpersonal Relation Model).
Model Relasi Interpersonal Roger ini terdiri dari empat
langkah pengembangan kurikulum, yakni: (i) pemilihan satu sistem pendidikan
sasaran, (ii) pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, (iii) pengembangan
suatu pengalaman kelompok yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran,
dan (iv) melibatkan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif.
Roges lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum
daripada rancangan pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan
interaksi dalam pengalaman kelompok intensif yang terpilih.
D. Guru dan Pengembangan Kurikulum
1. Pembelajaran dan
Kurikulum
Hakikat pembelajaran diantaranya adalah:
a.
kegiatan
dimaksudkan untuk membelajarkan pebelajaran
b.
program
pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu sistem;
c.
kegiatan
yang dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada pebelajar;
d.
kegiatan
yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran; dan
e.
kegiatan
yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem penyajian, dan
sistem evaluasi dalam realisasinya
2. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Peran guru dalam pengembangan kurikulum diwujudkan dalam
bentuk-bentuk kegiatan berikut:
a.
Merumuskan
tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum di atasnya dan
karakterstik pebelajar, maka pelajaran/bidang studi, dan karakteristk situasi
kondisi sekolah/kelas.
b.
Merencanakan
kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu pebelajar mencapai
tujuan yang ditetapkan.
c.
Menerapkan
rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam situasi pembelajaran yang
nyata.
d.
Mengevaluasi
hasil dan proses belajar dan pebelajar
e.
Mengevaluasi
nterksi antara komponen-komponen kurikulum yang diimplementasikan.
DAFTAR
RUJUKAN
Dimyanti
& Mukiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto,
Suharsimi.1990. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Davies, Ivor. K. 1987. Pengelolaan Belajar (Terjemahan Sudarsonon
S, dkk). Jakarta: CV. Rajawali dan PAU-UT.
Depdikbud.
1986a. Kurikulum: Pedoman Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Indung,
A. Saleh dkk. 1992. Evaluasi dan
Penelitian Pendidikan. Malang: FIP-IKIP Malang.
Monks,
F.J dkk. 1989. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar