MASALAH-MASALAH BELAJAR
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan Pembelajaran
Yang dibimbing olehDr. H. Agung Winarno,
M.M
Oleh
Nita
Lily Mardiyansah
130411604493
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA
MARET 2014
MASALAH-MASALAH BELAJAR
Tugas utama
seorang guru adalah membelajarkan siswa.Guru professional berusaha mendorong
siswa agar belajar secara berhasil.Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal
yang menyebabkan siswa belajar. Bermacam-macam keadaan siswa menggambarkan
bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat
penting bagi guru dan calon guru.
A. Masalah-masalah
Intern Belajar
Dalam interaksi belajar-mengajar ditemukan
bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan
belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar. Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek,
yaitu siswa dan guru. Dalam kegiatan belajar, siswalah yang memegang peranan
penting. Dalam proses belajar ditemukan tahap-tahap penting, yaitu : (1)
Sebelum belajar adalah ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan
keinginan belajar, (2) Proses belajar adalah suatu kegiatan yang dialami dan
dihayati oleh siswa sendiri, (3) Sesudah belajar merupakan tahap untuk prestasi
hasil belajar, (4) Proses belajar adalah kegiatan mental mengolah bahan belajar
atau pengalaman yang lain, (5) Proses belajar yang berhubungan dengan bahan
belajar dapat diamati oleh guru, dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar
siswa, (6) Pengorganisasian belajar, (7) Penyajian bahan belajar dengan
pendekatan pembelajaran tertentu, dan (8) Melakukan evaluasi behan belajar.
Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.
Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses
belajar sebagai berikut :
1. Sikap
Terhadap Siswa
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya siswa
mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
2. Motivasi
Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan
mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada siswa
perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,
pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang mengembirakan.
3. Konsentrasi
Belajar
Konsentrsi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut
tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat
perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar,
dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
4. Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan
kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi
bermakna bagi siswa. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu.
Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan
proses, inkuiri, ataupun laboratory.
5. Menyimpan
Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar
merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.
Kemampuan menyimpan dalam waktu yang pendek berarti hasil belajar cepat
dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu yang lama berarti hasil belajar
tetap dimiliki siswa.
Melukiskan proses belajar sebagai
berikut : (i) Proses penerimaan merupakan kegiatan siswa melakukan pemusatan
perhatian, menyeleksi, dan memberi kode terhadap hal yang dipelajari (ii)
Proses pengaktifan merupakan kegiatan siswa untuk menguatkan pesan baru,
membangkitkan pesan dan pengalaman lama (iii) Proses pengolahan merupakan
proses belajar (iv) Proses penyimpanan merupakan saat memperkuat hasil belajar
(v) Proses pemanggilan dimana pesan atau kesan lama diaktifkan kembali. Adanya
gangguan dalam kelima proses tersebut, baik sendiri-sendiri atau gabungan akan
menghasilkan hasil belajar yang kurang baik.
6. Menggali
Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang
tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Proses
menggali pesan lama tersebut dapat berwujud transfer belajar atau unjuk
prestasi belajar.
Adakalanya siswa juga mengalami
gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut dapat bersumber
dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. Jika siswa tidak
memperhatikan pada saat penerimaan, maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika
siswa tidak berlatih dengan sungguh-sungguh, maka siswa tidak berketerampilan
dengan baik. Dengan kata lain, penggalian hasil yang yang tersimpan ada
hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan
pesan.
7. Kemampuan
Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk
hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa
membuktikan keberhasilan belajar.
Dalam belajar dalam ranah kognitif
ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa, meskipun demikian dapat dikurangi.
Proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa :
a. Pebelajar
melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar
b. Pebelajar
mengolah bahan ajar yang terterima
c. Apa
yang teroleh akan tersimpan, tetapi ada bagian yang keluar
d. Dalam
menghadapi tugas-tugas belajar lanjut, maka siswa akan menggali pengetahuan dan
pengalaman belajar yang tersimpan
e. Pebelajar
menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi
8. Rasa
Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari
keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan
diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.
Pada tempatnya guru mendorong
keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat, dan memberikan
pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil.
9. Intelegensi
dan Keberhasilan belajar
Intelegensi merupakan kecakapan
global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir
secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Intelegensi dianggap
sebagai suatu norma umum dalam mkeberhasilan belajar. Yang menjadi masalah
adalah siswa yang memiliki kecakapan dibawah normal.
Dengan perolehan hasil blajar yang
rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan
belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan
merugikan calan tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu, pada tempatnya
mereka didorong untuk belajar dibidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup.
Penyediaan kesempatan belajar diluar sekolah, merupakan langkah bijak untuk
mempertinggi taraf kehidupan warga bangsa Indonesia.
10. Kebiasaan
Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari
ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut
antara lain : (i) Belajar yang akhir semester, (ii) Belajar tidak teratur,
(iii) Mensia-siakan waktu belajar, (iv) Bersekolah hanyu untuk bergengsi, (v) Datang
terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan, dan (vii) Bergaya minta belas
kasihan tanpa belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut
dapat ditemukan disekolah yang ada dikota besar, kota kecil, dan di pelosok
tanah air. Untuk sebagian kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh
ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Pemberian
penguatan dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan
membangkitkan harga diri siswa.
11. Cita-cita
Siswa
Dalam rangka tugas perkembangan
pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita
sebagai motivasi intrinsic perlu dididikan. Didikan pemilihan dan pencapaian
cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal
yang sederhana ke yang sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan
kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuan dirinya sendiri.
B. Faktor-faktor
Eksern Belajar
Program bembelajaran sebagai
rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor ekstern belajar. ditinjau
dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. faktor tersebut antara lain:
1. Guru
Sebagai Pembina Siswa
Guru adala pengajar yang mendidik.
Sebagai pendidiki, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya
berkenaan dengan kebangkitan belajar.
Guru
juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari
profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara
pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang
hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan guru
membelajarkan seorang siswa.
2. Prasarana
Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana
pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat
ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan
berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran
merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa
lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses
pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan
prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan
baik.
3. Kebijakan Penilaian
Kegiatan
penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa
atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut
maka proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil
belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah
siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil
belajar merupak tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan
pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai
dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan
lulus maka dapay dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru
berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar
ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.
4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Tiap
siswa dalam lingkunga sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab
sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan
sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama,
kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
5.
Kurikulum
Sekolah
Kurikulum
yang diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan oleh
pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan
kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan
kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya
rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
C.
Cara
Menentukan Masalah-Masalah Belajar
Proses pembelajaran
merupakan hal yang kompleks. Siswa yang belajar disekolah merupakan akibat dari
program bembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif
belajar. dengan demikian sebagai pendidik generasi pemuda bangsa, guru
berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
1.
Pengamatan
Perilaku Belajar
Siswa mengalami tindak
belajarnya sendiri sebagai suatu proses belajar yang berjalan dari waktu ke
waktu. Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :
a.
Menyusun
rencana pengamatan
b.
Memilih
siapa yang akan diamati
c.
Menentukan
berapa lama berlangsungnya pengamatan
d.
Menentukan
hal-hal apa yang akan diamati
e.
Mencatat
hal-hal yang diamati
f.
Menafsirkan
hasil pengamatan
2.
Analisis
Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar akan
berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul
dalam himpunan hasil belajar kelas. Analisis
hasil belajar merupakan pekerjaan khusus.Oleh sebab itu, guru harus bisa
mengevaluasi hasil belajar siswa.
3.
Tes
Hasil Belajar
Tes
hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana murid
telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid
dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian
besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas ( mastery learning ) yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai hasil belajar sesuai
yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai untuk
mempelajari bahan yang disajikan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan
patokan, yaitu presentasi minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai
murid yang mengalami masalah belajar dan memerlukan bantuan khusus, sedangkan
murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan
sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang
sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran
tambahan.
DAFTAR RUJUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar